PENANGANAN ASMA UPDATE 2019
PENANGANAN ASMA UPDATE 2019
Pada tahun 2019, Global Initiative For Asthma (GINA) mengeluarkan pedoman terbaru (GINA Strategy Report) untuk diagnosis dan tata laksana asma.
Asma adalah penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan peningkatan respon bronkial serta obstruksi jalan napas episodik.
Penyakit ini dapat dialami oleh anak-anak, dewasa, maupun lanjut usia.
Pada asma, inflamasi menyebabkan penyempitan saluran nafas atau obstruksi yang bersifat reversibel, baik secara spontan ataupun menggunakan terapi.
Pedoman Inisiatif Global untuk Asma 2019 vs 2018
Pedoman terbaru oleh Global Initiatives for Asthma (GINA) pada tahun 2019 dianggap sebagai pedoman dengan perubahan strategi penanggulangan asma penting dalam 30 tahun terakhir.
1.Pedoman GINA di tahun 2019 tidak lagi merekomendasikan penggunaan Short Acting Beta-2 Agonist (SABA) inhaler, misalnya salbutamol, sebagai terapi tunggal yang bersifat pereda pada serangan asma. Hal ini dilakukan karena bukti ilmiah yang ada memberi landasan yang kuat bahwa penggunaan SABA tunggal tidak mampu memberikan proteksi bagi penderita eksaserbasi asma yang berat dan penggunaan SABA tunggal dalam jangka panjang baik secara regular maupun frequent (sering) dapat meningkatkan risiko eksaserbasi asma itu sendiri
2.GINA 2019 merekomendasikan penggunaan terapi kortikosteroid inhaler dosis rendah setiap hari sebagai terapi controller pada seluruh penderita asma serangan ringan pada kelompok usia dewasa dan remaja dengan tujuan untuk menurunkan risiko eksaserbasi yang bersifat serius
Penggunaan Kortikosteroid Inhaler Dosis Rendah pada Penderita Asma Ringan
Para pakar yang tergabung dalam Global Initiatives for Asthma (GINA) melakukan penelitian selama 12 tahun untuk menemukan pedoman tata laksana yang efektif untuk menanggulangi asma ringan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya eksaserbasi yang bersifat serius dan untuk mencegah ketergantungan pada SABA sejak awal pengobatan asma.
Sesuai dengan patofisiologi terjadinya serangan asma yang didahului oleh inflamasi pada saluran nafas, maka pemberian SABA saja tidak cukup untuk menghindarkan penderita dari kekambuhan asma.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan SABA secara teratur meningkatkan respon alergi dan inflamasi pada saluran pernapasan yang tentu saja akan memicu kekambuhan asma di kemudian hari.
Tingginya kekambuhan asma dipandang dapat menurunkan fungsi paru bahkan berisiko meningkatkan mortalitas akibat asma.
Data-data tersebut pada akhirnya mendorong penyusunan strategi terapi yang baru, terutama bagi asma ringan.
Menurut hasil penelitian para pakar yang tergabung dalam GINA, pemberian kortikosteroid inhaler dosis rendah hendaknya dilakukan sejak awal pasca diagnosis asma ditegakkan untuk mendapatkan luaran yang lebih baik.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan metode ini, antara lain :
Menurunkan angka kematian dan lama rawat inap pada penderita asma
Efektif mencegah kekambuhan asma yang bersifat berat, meningkatkan fungsi paru, dan mencegah penyempitan saluran nafas yang berhubungan dengan aktivitas
Langkah Pemberian Inhaler Kortikosteroid Untuk Usia > 12 Tahun
Pada sebagian besar penderita asma, pemberian inhaler kortikosteroid dapat dimulai dengan dosis rendah dalam bentuk kombinasi dengan formoterol.
Berikut ini langkah-langkah penanganan asma untuk penderita berusia 12 tahun ke atas berdasarkan pedoman terbaru GINA 2019 :
Terapi pereda secara keseluruhan menggunakan SABA dan kortikosteroid inhaler dosis rendah dalam bentuk inhaled corticosteroid (ICS)-Formoterol sesuai dosis yang dibutuhkan
Terapi kontrol dilakukan sesuai langkah berikut yang dijelaskan lebih lanjut pada Tabel 1
Comments
Post a Comment