NON INVASIVE PRE NATAL TESTING / NIPT
NON INVASIVE PRE NATAL TESTING / NIPT
Jika hasil NIPT menunjukkan risiko tinggi kelainan kromosom, langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut seperti amniosentesis atau CVS (chorionic villus sampling) untuk memastikan diagnosis. Selain itu, akan disarankan untuk menjalani konseling genetik, USG komprehensif, dan diskusi pilihan tindakan medis yang tersedia.
Penjelasan Lebih Lanjut:
1. Konseling Genetik :
Seorang spesialis genetika akan membantu memahami hasil NIPT, risiko, dan pilihan yang tersedia, termasuk kemungkinan hasil positif palsu.
2. USG Komprehensif:
USG lebih detail dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda kelainan yang terkait dengan kelainan kromosom yang karakteristiknya.
3. Tes Diagnostik:
Amniosentesis: Pengambilan sampel cairan ketuban untuk analisis kromosom.
CVS (Chorionic Villus Sampling): Pengambilan sampel jaringan vili korion (jaringan plasenta) untuk analisis kromosom.
4. Diskusi Pilihan:
Dokter akan membahas pilihan tindakan medis yang tersedia, termasuk risiko dan manfaat masing-masing. Pilihan ini dapat mencakup pengobatan, terapi, atau intervensi lain tergantung pada kelainan kromosom yang terdeteksi.
5. Penting untuk diingat:
NIPT adalah tes skrining, bukan tes diagnostik. Hasil positif pada NIPT tidak selalu berarti janin memiliki kelainan kromosom. Tes diagnostik diperlukan untuk konfirmasi diagnosis.
Kelainan umum kromosom yang paling dideteksi oleh Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT) adalah Sindrom Down (trisomi 21), Sindrom Edwards (trisomi 18), dan Sindrom Patau (trisomi 13).
NIPT memiliki tingkat deteksi yang tinggi untuk kondisi-kondisi ini, mencapai 98-99%.
Penjelasan Lebih Lanjut:
Sindrom Down (Trisomi 21): Kondisi ini disebabkan oleh adanya salinan tambahan kromosom ke-21 pada setiap sel tubuh.
Sindrom Edwards (Trisomi 18): Kondisi ini disebabkan oleh adanya salinan tambahan kromosom ke-18.
Sindrom Patau (Trisomi 13): Kondisi ini disebabkan oleh adanya salinan tambahan kromosom ke-13.
Selain kelainan kromosom di atas, NIPT juga dapat mendeteksi kelainan kromosom lain, seperti aneuploidi pada kromosom lain (misalnya 9, 16, atau 22).
Fungsi NIPT:
NIPT merupakan tes skrining untuk menentukan kemungkinan adanya kelainan genetik pada janin. Tes ini menganalisis DNA janin yang bebas sel (DNA janin bebas sel) yang ditemukan dalam darah ibu. Hasil NIPT memberikan informasi tentang risiko kelainan genetik, tetapi bukan diagnosis pasti.
Kapan NIPT Dilakukan:
NIPT biasanya dilakukan saat trimester pertama kehamilan, setelah usia kehamilan mencapai 10 minggu.
Perlu diingat:
NIPT bukan pengganti untuk pemeriksaan diagnostik yang lebih invasif, seperti pengambilan sampel vilus korionik (CVS) atau amniosentesis.
Jika NIPT menunjukkan hasil yang mencurigakan, maka konsultasi dengan dokter atau konselor genetika sangat penting.
Comments
Post a Comment