ALERGI SUSU PADA ANAK
ALERGI SUSU PADA ANAK
Waktu eliminasi protein susu sapi untuk terapi alergi susu sapi (Alergi Susu Sapi, ASS) biasanya dilakukan selama 2-4 minggu. Setelah periode eliminasi, gejala alergi harus menghilang, kemudian dilakukan aktivasi dengan memberikan kembali susu sapi untuk memastikan diagnosis ASS, menurut Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Jika gejala muncul kembali setelah provokasi, maka diagnosis ASS dapat ditegakkan
Susu formula berbahan dasar kedelai (susu kedelai) tidak disarankan untuk bayi prematur dan bayi yang berisiko alergi susu sapi. Selain itu, susu kedelai juga sebaiknya tidak diberikan pada bayi yang mengalami kolik.
Berikut penjelasan lebih detailnya:
Bayi Prematur:
Bayi prematur memiliki sistem pencernaan yang belum sempurna, sehingga membutuhkan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Susu kedelai, meskipun aman untuk bayi cukup bulan, mungkin tidak ideal untuk bayi prematur.
Bayi Alergi Susu Sapi:
Susu soya dapat menjadi alternatif bagi bayi yang alergi susu sapi, namun perlu diingat bahwa sekitar 10-20% bayi dengan alergi susu sapi juga dapat alergi terhadap susu soya.
Bayi dengan Kolik:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa susu soya mungkin tidak cocok untuk bayi yang mengalami kolik.
Anak Laki-Laki:
Ada mitos yang menyebutkan bahwa susu soya dapat mengganggu sistem reproduksi pada anak laki-laki, namun penelitian belum menemukan bukti yang kuat untuk mendukung klaim ini.
Konsumsi Lebih Lanjut:
Konsumsi kedelai secara berlebihan pada janin laki-laki selama kehamilan dapat menyebabkan masalah alat kelamin
Pemeriksaan yang dapat menegakkan diagnosis alergi susu sapi pada anak meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, uji alergi kulit (skin prick test), uji IgE serum spesifik, dan uji eliminasi makanan (diet eliminasi).
Pemeriksaan yang Dapat Dilakukan:
1. Wawancara:
Dokter akan menanyakan tentang riwayat alergi pada keluarga, gejala yang muncul setelah mengonsumsi susu sapi, dan makanan lain yang mungkin menjadi alergen.
2. Pemeriksaan Fisik:
Dokter akan memeriksa kondisi kulit, seperti ruam, gatal, atau bengkak, serta gejala lain seperti mengi, batuk, atau sesak napas.
3. Uji Alergi Kulit (Tes Tusuk Kulit):
Uji ini melibatkan tusukan kecil pada kulit dengan alergen (protein susu sapi) untuk melihat adanya reaksi alergi seperti kemerahan atau gatal.
4. Uji Serum Spesifik IgE:
Uji ini memeriksa kadar antibodi IgE spesifik terhadap protein susu sapi dalam darah.
5. Uji Eliminasi Makanan (Diet Eliminasi):
Uji ini melibatkan penghentian sementara konsumsi susu sapi dan produk susu, lalu melihat apakah gejala alergi menghilang. Jika gejala hilang, kemudian susu sapi dimulai kembali secara bertahap untuk melihat apakah reaksi alergi muncul kembali.
6. Pemeriksaan Tambahan:
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti atopi patch test, pemeriksaan darah pada tinja, atau endoskopi untuk memastikan diagnosis.
Catatan:
Uji tusuk kulit dan uji IgE serum spesifik hanya dapat mendeteksi alergi yang dimediasi oleh IgE.
Uji eliminasi dan provokasi makanan (uji coba konsumsi makanan jenis tertentu yang dicurigai sebagai penyebab reaksi alergi) adalah pemeriksaan yang paling akurat untuk mendiagnosis alergi susu sapi.
Banyak pemeriksaan lanjutan yang ditawarkan di pasaran, namun tidak semuanya terbukti bermanfaat dan direkomendasikan oleh dokter.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh profesional kesehatan yang kompeten.
Tanda klinis alergi susu sapi pada anak dapat bervariasi, mulai dari reaksi kulit seperti ruam dan gatal-gatal, hingga gangguan pencernaan seperti muntah dan diare, serta masalah pernapasan seperti batuk dan sesak napas.
Berikut lebih detail tanda klinis yang mungkin terjadi:
Reaksi Kulit:
Ruam: Bintik-bintik merah, gatal, dan bisa berkembang menjadi eksim.
Biduran: Bentuk ruam yang lebih besar dan gatal, dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
Gatal-gatal : Rasa gatal yang menyebar di berbagai bagian tubuh.
Pembengkakan: Bibir, lidah, atau tenggorokan bisa bengkak.
Gangguan Pencernaan:
Muntah: Setelah mengonsumsi susu, anak mungkin muntah.
Diare: Kotoran bayi bisa encer dan disertai darah.
Sakit perut: Kram atau nyeri di perut.
Perut kembung: Perut terasa penuh dan keras.
Gangguan Pernapasan:
Batuk : Batuk berulang atau batuk yang tidak kunjung sembuh.
Mengi: Napas berbunyi seperti melengking saat bernapas.
Sesak napas: Sulit bernapas.
Pilek: Hidung meler dan bersin-bersin.
Hidung tersumbat: Hidung terasa penuh dan sulit bernapas.
Gejala Lain:
Mata berair: Mata merah dan gatal.
Rewel atau sering menangis: Anak mungkin menjadi lebih rewel atau menangis tanpa sebab yang jelas.
Kolik: Bayi menangis tanpa henti dan sulit untuk ditenangkan.
Selain itu: Beberapa kasus alergi susu sapi dapat menyebabkan demam.
Syok anafilaksis: Dalam kasus yang parah, alergi susu sapi dapat menyebabkan syok anafilaksis, yang ditandai dengan pembengkakan pada bibir, mulut, lidah, tenggorokan, dan bagian tubuh lainnya.
Penting untuk diingat:
Gejala alergi susu sapi bisa muncul dalam hitungan menit atau beberapa jam setelah mengonsumsi susu.
Tidak semua anak yang mengalami gejala di atas pasti alergi susu sapi, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan diagnosis.
Tes alergi (tes kulit atau tes darah) dapat membantu menentukan apakah anak alergi susu sapi.
Comments
Post a Comment