THERAPY HEPATITIS B
THERAPY HEPATITIS B
Untuk mencegah sirosis hati dan karsinogenesis akibat HBV, penting untuk mengobati infeksi HBV sejak dini.
Kebanyakan pasien dengan HBV dapat mengatasi infeksinya, namun sekitar 10% masih mempunyai aktivitas virus, berkembang menjadi sirosis dengan rata-rata 2% per tahun dan berkembang menjadi HCC atau gagal hati.
Semua pedoman global merekomendasikan memulai pengobatan berdasarkan keberadaan DNA HBV dan kadar serum alanine aminotransferase (ALT).
Biasanya yang membutuhkan pengobatan cepat adalah penderita hepatitis B kronis yang memiliki HbsAg menetap dalam tubuh atau darah lebih dari enam bulan lamanya.
Lama infeksi hepatitis akut tak lebih dari 6 bulan.
Sedangkan jika penyakit bertahan hingga lebih dari 6 bulan, itu berarti telah masuk tahap kronis sehingga memerlukan penanganan medis lebih lanjut sebelum terjadi kondisi hati rusak berat.
Pengobatan antivirus dini mungkin diperlukan pada kurang dari 1% orang, yang infeksinya berlangsung sangat agresif (hepatitis fulminan) atau sistem imunnya terganggu.
Di sisi lain, pengobatan infeksi kronis mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko sirosis dan kanker hati.
Individu yang terinfeksi secara kronis dengan serum alanina aminotransferase yang terus meningkat dan tingkat DNA HBV meruapakan kandidat untuk terapi.
Perawatan berlangsung dari enam bulan hingga satu tahun, tergantung pada obat dan genotipe.
Meskipun tidak ada obat yang dapat membersihkan infeksi, obat tersebut dapat menghentikan replikasi virus, sehingga meminimalkan kerusakan hati.
Pada tahun 2018, ada delapan obat yang dilisensikan untuk pengobatan hepatitis B di Amerika Serikat, termasuk obat antivirus:
- lamivudin,
-adefovir,
-tenofovir disoproksil,
-tenofovir alafenamid,
-telbivudin,
- entecavir, dan dua modulator sistem imun
-interferon alfa-2a
-peg-interferon alfa-2a .
Pada tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan tenofovir atau entecavir sebagai agen lini pertama.
Mereka dengan sirosis saat ini paling membutuhkan pengobatan.
Kondisi yang Kemungkinan Besar Terjadi | Jenis Pemeriksaan | Hasil |
Susceptible, tidak terinfeksi Virus Hepatitis B dan belum memiliki antibodi terhadap Hepatitis B, perlu mengikuti Vaksinasi Hepatitis B | HBsAg anti-HBc anti-HBs | Negatif Negatif Negatif |
Sudah memiliki antibodi terhadap Virus Hepatitis B secara alamiah | HBsAg anti-HBc anti-HBs | Negatif Positif Positif |
Sudah memiliki kekebalan terhadap Virus Hepatitis B melalui proses Vaksinasi | HBsAg anti-HBc anti-HBS | Negatif Negatif Positif |
Terinfeksi Virus Hepatitis B Akut | HBsAg anti-HBc IgM anti-HBc anti-HBs | Positif Positif Positif Negatif |
Terinfeksi Virus Hepatitis B Kronis | HBsAg anti-HBc IgM anti-HBc anti-HBs | Positif Positif Negatif Negatif |
Apa yang diukur oleh tes tersebut?
Tes hepatitis B mencari antigen, antibodi, atau materi genetik HBV.
Antigen HBV adalah zat dari virus yang menyebabkan tubuh Anda menghasilkan respons imun.
Antibodi adalah zat yang dibuat oleh sistem kekebalan sebagai respons terhadap HBV.
1. Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg):
Ini adalah protein yang ada pada permukaan HBV.
Protein dapat dideteksi dalam jumlah tinggi selama infeksi hepatitis B akut atau kronis.
Tes ini dapat digunakan untuk menyaring, mendeteksi, dan membantu mendiagnosis infeksi HBV akut dan kronis.
2. Antibodi permukaan hepatitis B (anti-HBs):
Sebagai respons terhadap HBsAg, tubuh secara alami memproduksi antibodi permukaan dalam beberapa minggu atau bulan.
Mendeteksi anti-HBs menunjukkan bahwa Anda telah sembuh dari hepatitis B dan kini kebal terhadap penyakit tersebut.
Antibodi ini juga terdeteksi pada mereka yang pernah terpapar HBV sebelumnya, termasuk melalui vaksinasi.
3. Antibodi inti hepatitis B total (anti-HBc):
Antibodi inti hepatitis B muncul saat Anda mengalami gejala hepatitis, dan antibodi tersebut tetap terdeteksi seumur hidup.
Hasil tes ini diinterpretasikan bersama tes lain untuk menilai pemulihan dari infeksi HBV sebelumnya dan untuk membedakan antara infeksi akut dan kronis. Tes ini mendeteksi dua jenis antibodi anti-HBc, yang disebut antibodi anti-HBc IgM dan IgG.
4. Antibodi inti IgM Hepatitis B (IgM anti-HBc):
Tes ini hanya mendeteksi antibodi IgM anti-HBc.
Antibodi inti IgM Hepatitis B hanya terdeteksi pada infeksi hepatitis B akut dalam waktu enam bulan setelah infeksi.
5. Antigen Hepatitis B e (HBeAg):
Ini adalah protein dari HBV yang ditemukan pada beberapa pasien yang positif HBsAg.
Mengukur antigen ini dapat membantu dokter memahami infektivitas, kemampuan Anda menyebarkan HBV ke orang lain.
6. Antibodi hepatitis B (anti-HBe):
Ini diproduksi sebagai respons terhadap HBeAg.
Hilangnya HBeAg dan terdeteksinya anti-HBe dalam darah, yang disebut serokonversi, menunjukkan perbaikan kondisi dan memprediksi pembersihan virus dalam jangka panjang.
Penyakit hati kronis lebih sering terjadi pada pasien dengan HBeAg dan lebih jarang terjadi pada pasien dengan anti-HBe, sehingga tes ini dapat memantau infeksi HBV akut.
7. DNA virus hepatitis B:
Tes DNA virus hepatitis B mendeteksi materi genetik virus dan menentukan viral load dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa virus berkembang biak di dalam tubuh seseorang sehingga membuat orang tersebut menular.
Tes ini sering digunakan untuk memantau efektivitas terapi antiviral pada orang dengan infeksi HBV kronis.
Comments
Post a Comment